Rabu, 14 Desember 2011

Diskriminasi Warna Kulit

TEMA : Pertentangan Sosial dan Integrasi Masyarakat

“Jauhkan si hitam ini dariku! Majulah seorang yang berkulit putih agar berbicara denganku!” ucap raja Muqauqis merujuk kepada sahabat nabi berkulit hitam itu.
Tak ada kelebihan orang Arab atas orang non-Arab. Tidak pula orang berkulit putih atas yang berkulit hitam, kecuali dengan taqwa. (Al-Hadits)



Dari perkataan Rasul di atas, kita dapat memahami bahwa Islam telah mengajarkan asas kesetaraan sejak awal. Tidak ada perbedaan hak dan kewajiban antara bangsa Arab dengan bangsa non-Arab, atau pun antara orang berkulit putih dengan orang berkulit hitam. Hal ini telah diajarkan ketika bangsa-bangsa lain terkena penyakit diskriminasi antara orang Yahudi dengan non-Yahudi, antara orang berkulit putih dengan orang berkulit hitam. Hal ini telah diajarkan jauh sebelum KKK melakukan pembakaran terhadap orang berkulit hitam di Amerika. Jauh sebelum orang Eropa menganggap orang berkulit hitam sebagai orang yang dikutuk Tuhan.

Simaklah kisah Amru bin Ash ketika hendak menyeru Mesir kepada Islam. Muqauqis, raja Mesir kala itu, mengirim utusan kepada Amru, meminta agar mengirimkan utusan untuk berunding dengannya. Amru bin Ash pun memilih Ubadah bin Shamit yang berkulit hitam sebagai pemimpin dari sepuluh delegasi yang ia utus untuk berunding dengan Muqauqis.
Tampaknya Muqauqis menderita penyakit diskriminasi ras. Tatkala kesepuluh delegasi tersebut masuk menghadap, Muqauqis merasa risih melihat orang yang berkulit hitam seperti Ubadah bin Shamit berada diantara mereka. Ia berkata, “Jauhkan si hitam ini dariku! Majulah seorang yang berkulit putih agar berbicara denganku!”
Namun yang lain menjawab, “Dialah ketua kami, pimpinan kami, orang yang paling utama, orang yang paling berilmu dan paling baik diantara kami, serta paling dicintai oleh Nabi kami.” Diantara kesepuluh delegasi tersebut, memang Ubadah bin Shamit yang paling utama.
Muqauqis pun merasa heran. “Apakah kalian lebih mengutamakan si hitam ini?” katanya.
Mereka menjawab, “Nabi kami SAW telah mengajarkan kami bahwa tak ada kelebihan orang Arab atas orang non-Arab, tidak pula orang berkulit putih atas yang berkulit hitam, kecuali dengan taqwa.”
Lalu Muqauqis berkata, “Majulah engkau wahai orang hitam, dan janganlah berkata kasar kepadaku, sebab aku takut padamu!”
Kemudian majulah Ubadah bin Shamit dan berkata, “Wahai raja! Jika engkau takut kepadaku, maka ketahuilah bahwa dalam pasukan kami ada seribu orang hitam yang lebih hitam dariku. Mereka sedang menunggumu di luar kemah ini.”
Islam tidak pernah memandang orang berkulit hitam sebagai warga kelas dua. Muslim telah mengangkat orang-orang berkulit hitam dalam posisi-posisi penting jauh sebelum orang berkulit hitam memperjuangkan kesetaraan ras di Amerika. Equality dalam Islam merupakan equality yang konstitutif dan praktis, bukan sekedar motto ataupun slogan kosong yang digembar-gemborkan. Wallahu a’lam.

(Sumber: Amru Khalid, Silsilah Hidayah)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar