A. Asal Mula Masuknya Agama Islam di Jepang
Hanya terdapat sedikit sekali catatan sejarah yang merekam tentang hubungan antara Islam dengan Jepang sebelum mereka membuka negaranya pada tahun 1853, walaupun diyakini bahwa sudah banyak muslim yang datang ke nagasaki berabad-abad sebelumnya.
Agama Islam mulai masuk ke Jepang diperkirakan sekitar zaman Restorasi Meiji (1867), ditandai dengan masuknya literatur literatur mengenai Islam yang berasal dari negara lain. yang bersamaan waktunya dengan hadirnya agama Nasrani dari Barat ke negara tersebut. Seiring kemudian muncul buku terjemahan bahasa Jepang mengenai riwayat hidup Nabi Muhammad. Hal ini secara langsung membantu Islam menempatkan diri pada wacana intelektual warga setempat. Pada masa itu, kisah tentang Nabi Muhammad SAW dan agama Islam sendiri telah diterjemahkan dalam bahasa jepang. Hal inilah yang membantu ISLAM mendapatkan tempat tersendiri di kalangan penduduk Jepang, meskipun hanya sebagai ilmu pengetahuan ataupun sejarah kebudayaan dunia.
Kemudian, pada tahun 1890 (seribu depalan ratus sembilan puluh), terjadi sebuah peristiwa yang mempertemukan Jepang dan Islam. Peristiwa ini dikenal sebagai Peristiwa Kapal Ertogrul. Sebuah kapal laut milik Kerajaan Turki Ottoman karam di perairan Jepang. Dari 600 penumpang, hanya 69 yang selamat. Pemerintah maupun rakyat Jepang bersama-sama berusaha menolong para penumpang yang selamat dan mengadakan upacara penghormatan bagi arwah penumpang yang meninggal dunia. Mereka yang selamat, akhirnya dapat kembali ke negara mereka berkat sumbangan yang berhasil dikumpulkan dari seluruh rakyat Jepang. Peristiwa ini menjadi pencetus dikirimnya utusan pemerintah Turki ke Jepang pada tahun 1891(seribu delapan ratus sembilan puluh satu." (dikutip dari : website kedutaan besar jepang, jakarta ). Hubungan baik antara Turki dan Jepang ini tampaknya berlanjut hingga sekarang. Orang Turki merupakan salah satu orang orang asing yang cukup banyak dijumpai di negara ini.
Komunitas muslim baru ada setelah kedatangan pengungsi dari Uzbek, Kirghiz, Kazakh, dan kaum Tatar Muslim yang lari akibat terjadi Revolusi Bolshevik di Rusia selama Perang Dunia I. Pemerintah kekaisaran Jepang kemudian bersedia menyediakan lahan bagi tempat tinggal mereka di beberapa kota hingga membentuk komunitas-komunitas kecil.
B. Mengapa ISLAM mudah sekali tersebar di Jepang
Toleransi dan kemudahan beragama di Jepang
Masyarakat Jepang modern tidak lagi mementingkan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari. Mayoritas penduduk Jepang beragama Shinto dan Budha (*atau menganut kedua ajaran tersebut). Meskipun ada juga yang menganut ajaran Kristen. Kini, hampir semua penduduk Jepang LEMAH dalam ilmu keagamaan karena gaya hidup modern mereka yang lebih mementingkan urusan duniawi. Akibatnya banyak sekali penduduk Jepang yang merasa hati mereka KOSONG dan seperti mencari "sesuatu" dalam hidup mereka. Sehingga, kedatangan ISLAM ke Jepang telah mengisi kekosongan hati penduduk Jepang dan melengkapi hidup mereka dengan memeluk agama ISLAM dengan hati yang terbuka.
(dikutip dari : Republika : Islam berkembang pesat di Jepang )
"Kebebasan beragama yang telah dinikmati oleh masyarakat Jepang selama ini, punya andil yang cukup besar bagi diterimanya Islam di Jepang. Masyarakat Jepang dengan bebas dapat memeluk Islam sebagai agama. Lebih dari, kondisi masyarkat Jepang yang cukup toleran dan lebih mengutamakan akal dan logika lebih memudahkan mereka menerima kebenarna Islam yang ajarannya memang tidak bertentangan dengan akal sehat. Karena berpikir logis itu pula yang menjadikan masyarakat Jepang tidak terpengaruh dengan isu terorisme Islam yang sengaja dihembuskan oleh pihak-pihak tertentu."
(dikutip dari : http://islamlib.com/id/artikel/berbahasa-arab-di-jepang/ )
"Saya sempat berkunjung ke sebuah perpustakaan swasta, Toyo Bunko atau Oriental Library, yang didirikan dan dibiayai oleh keluarga perusahaan besar, Mitsubishi. Perpustakaan ini mempunyai koleksi ratusan ribu buku tentang kebudayaan timur dalam pelbagai bahasa. Saya diajak keliling oleh Direktur Riset, Prof. Tsugitaka Sato, ke seluruh ruangan perpustakaan, melihat koleksi ratusan ribu buku dan manuskrip tua yang menakjubkan. Prof. Sato menghadiahkan sebuah buku yang baru ditulisnya, tentang sosok seorang wali besar dari Asia Tengah, yaitu Ibrahim b. Adham. Sayang sekali, saya tidak paham bahasa Jepang sehingga tak bisa menikmatinya. Bagi anak-anak pesantren, sudah tentu tokoh Ibrahim b. Adham ini sangat dikenal. Saya benar-benar kaget, ternyata tradisi kajian Islam di Jepang cukup berkembang dengan baik dan kukuh. Inilah yang menjelaskan kenapa muncul beberapa sarjana Islam Jepang dalam tingkatan yang sejajar dengan para sarjana Islam di Barat, seperti Pro. Toshihiko Izutsu atau Sachiko Murata, pengarang buku The Tao of Islam yang terkenal itu"
Catatan :
Di beberapa tempat pernah terdengar adanya perlakuan tidak menyenangkan dari sejumlah petugas polisi ataupun intelijen terhadap sejumlah organisasi ataupun pengikut agama Islam. Hal ini adalah benar. Sebetulnya bukan hanya terbatas pada penganut Islam saja, semua organisasi berbau agama umumnya selalu mendapat perhatian dari pihak keamanan. Hal ini disebabkan karena mereka memiliki pengalaman buruk tentang organisasi agama terlebih lagi organisasi agama yang didirikan oleh orang asing. Jadi untuk kasus ini sepertinya lebih condong ke arah keamanan.
C. Bagaimana penyebaran ISLAM di Jepang
Penyebaran ISLAM di Jepang melalui 2 cara, yaitu:
a Perkawinan: Banyak warga asing yang beragama Islam menikahi wanita-wanita setempat (Japanese women), sehingga menyebabkan para wanita jepang ini memeluk Islam.
b Dakwah: Beberapa warga asing yang beragama Islam, aktif menyebarkan dakwah tentang Islam di Jepang, sehingga dengan sendirinya banyak warga Jepang yang memeluk Islam dengan hati terbuka.
D. Orang Jepang pertama yang memeluk ISLAM di Jepang
Hingga kini tidak diketahui siapakah orang Jepang pertama yang memeluk agama Islam. Namun berdasarkan hasil kajian, terdapat 3 orang warga Jepang yang dikenal pasti sebagai warga Jepang terawal yang memeluk agama Islam:
a Mitsutaro Takaoka : Beliau memeluk Islam pada tahun 1909 dan mengganti namanya menjadi Omar Yamaoka selepas menunaikan ibadah Haji di Makkah.
b Bunpachiro Aroga : Beliau memeluk Islam ketika berada di India, karena dakwah yang ada disana, dan mengganti namanya menjadi Ahmad Ariga.
c Torajiro Yamada: Beliau mengunjungi negara Turki karena bersimpati dengan korban "Tragedi Kapal Karam Ertugrul" dan akhirnya memeluk Islam disana, serta mengganti namanya menjadi Abdul Khalil setelah menunaikan ibadah Haji di Makkah.
E. Perkembangan Islam di Jepang
Tahun 1930:
Abdul Hay Qurban Ali merupakan pemimpin Tatar Muslims dan menerbitkan Yapan Makhbari, (majalah Islam dengan bahasa Tatar) majalah ini didistribusikan baik di dalam atau diluar Jepang. Dia juga menulis buku-buku Islamiah dengan bahasa Tatar. Begitu pula Alquran dicetak sendiri. Alquran dicetak beberapa tahun sebelum ada komunitas Kazan.
Masjid Tokyo
Masyarakat TURKI yang beremigrasi dari KAZAN (Rusia) membangun Masjid TOKYO pada tahun 1938 didirikan oleh Hafiz Wahbah, didukung oleh sebuah yayasan dari perkumpulan orang-orang Jepang yang terhormat. Gaya arsitektur Masjid Tokyo sangat klasik, terdiri dari 2 lantai. Lantai 2 dipergunakan untuk beribadah, sedangkan lantai 1 merupakan ruang serbaguna yang dapat dipergunakan untuk acara pernikahan, pameran, fashion show, dan konferensi. Masjid TOKYO merupakan alternatif bagi orang-orang di Jepang untuk belajar tentang ISLAM. Dan dengan keberadaan Masjid TOKYO yang dibangun oleh warga TURKI, setidaknya bisa lebih menjalin hubungan kekerabatan antara TURKI dengan JEPANG.
Tahun Setelah Perang Dunia II (PD II) tahun 1940an:
· Tahun 1941 Sheikh Abdullah Togai, dari Al Azhar University tiba di Jepang Dan berada diJepang selama 6 bulan. Selama 6 bulan Sheikh Abdullah Togai mempunyai murid Mr. Umar Hayashi yang belajar bahasa Arab.
Mr. Umar Hayashi merupakan pemimpin dari Japan Muslins, yang bekerja di perusahan minyak di Riyadh (Arab Saudi)
Abdul Kareem Tabbarah merupakan pedagang asal Libanon yang tinggal di Jepang pada tahun 1941 . Dia menguraikan symbol dan menuliskan tulisan suku Ainu.
Invasi Jepang terhadap China dan negara-negara Asia Tenggara (Malaysia, Indonesia, Philipina) selama Perang Dunia II menyebabkan orang-orang Jepang dapat berinteraksi dengan orang-orang Muslim. Orang-orang Jepang yang memeluk Islam karena interaksinya dengan orang-orang Muslim di negara-negara yang mereka invasi.
Tokoh terkemuka yang masuk Islam saat Jepang saat PD II:
o Umar Yukiba mualaf Islam di Malaysia
o Muneer Watanabe
o Sadiq Imaizumi
o Faruq Nagase
o Suda
o Matsubayashi.
Orang Asing yang menyebarka agama Islam di Jepang:
ü Abdur Rasheed Ibrahim pemimpin Sekolah Tatar di Jepang meninggal pada tahun 1944, dikubur di Tama Muslim di daerah pinnggiran Tokyo.
ü Noorul Hasan Barlas kembali ke Pakistan setelah perdagang perangko kuno dan sebelumnya menempuh pendidikan di Yokohama.
Tahun 1953:
Tahun 1953 organisasi muslim pertama (Japan Muslim Association) dibentuk oleh Umar Yamaoka, Umar Mita, Abdul Muneer Watanabe, Sadiq Imaizumi, Umar Yukiba dan Mustafa Komura dibawah kepemimpinan almarhum Sadiq Imaizumi.berdiri di bawah pimpinan Sadiq Imaizumi. Jumlah anggotanya masih sebanyak 65 orang dan bertambah dua kali lipat dua tahun kemudian.
Pengganti Sadiq adalah Umar Mita. Dia mempelajari Islam ketika bekerja di Manshu Railway Company di Cina saat perang dunia II. Karena sering kali berhubungan dengan umat muslim Peking-Cina, lama kelamaan Umar percaya terhadap ajaran Islam dan memutuskan beralih menjadi Muslim. Sesudah kembali ke Jepang, dia pergi ke tanah suci Makkah dan tercatat sebagai orang Jepang pertama yang berhaji setelah masa perang. Tak hanya itu, Omar selanjutnya juga membuat terjemahan Alquran ke dalam bahasa Jepang.
Anggota-anggotanya yang pada saat pengukuhan berjumlah 65 orang bertambah menjadi dua kali lipat sebelum Sadiq Imaizumi meninggal. Presiden Japan Muslim Association adalah almarhum Umar Mita, seorang pemimpin yang penuh dedikasi. Mita merupakan tipikal Muslim generasi tua, yang belajar Islam dalam wilayah yang berada di bawah kekuasaan Jepang (wilayah invasi). Dia pada saat itu bekerja di perusahaan Perkeretapian Manshu, yang sebenarnya turut mengontrol wilayah yang diinvasi oleh Jepang yang berada di sebuah propinsi yang terletak di timur laut China. Melalui interaksinya dengan Muslim China, dia akhirnya yakin soal kebenaran Islam dan akhirnya memeluk Islam. Ketika dia kembali ke Jepang setelah perang berakhir, dia menunaikan ibadah Haji. Untuk pertama kalinya, Mita menerjemahkan Al-Quran ke dalam bahasa Jepang agar sesuai dengan perspektif Muslim. Jadi hanya setelah Perang Dunia II-lah bisa dikatakan bahwa sebuah komunitas Muslim Jepang yang sejati telah benar-benar terbentuk. Terlepas dari sukses awalnya, untuk selanjutnya perkembangan Japan Muslim Association mengalami kesulitan merekrut anggota.
Islam justru mengalami perkembangan pesat selama berkecamuknya Perang Dunia II. Kekaisaran dan militer Jepang banyak menjalin hubungan dengan sejumlah organisasi dan pusat kajian Islam serta negara Islam. Pada masa ini sebanyak 100 buku dan jurnal mengenai Islam terbit di Jepang. Namun, tujuan utama pihak militer mendekati kalangan Islam adalah guna mendapat pengetahuan tentang Islam dalam kaitan rencana invasi ke negara-negera Asia Tenggara yang berpenduduk Muslim.
Tahun 1956 – 1960: Tablighi
Abdur Rasheed Arshad perencana pergerakan Islam dari Pakistan (Tablighi), yang memiliki misi penyebaran agama dengan sokongan dana pemerintah Japan tahun 1959. Rombongan pertama yang tiba di Jepang 1956, dipimpin oleh Shabir Ahmad in Lahore.
Tokoh yang aktif penyebaran Agama Islam: Umar Mita, Mustafa Komura,
Mualaf: Prof. Abdul Kareem Saito, Khalid Kiba, Dr. Umar Kawabata, ZaKariya Nakayama, Ali Mori, and Amin Yamamoto.
Pemimpin Islam di pulau Shikoku: Sadiq Imaizumi membantu para mualaf (Ramadan Isozaki, Zubair Suzuki, Sideeq Nakayama, and Yusuf Imori).
Abdul Kareem Saito mualaf dari Tablighi bekerja di Takushoku University. Abdul Kareem Saito menghabiskan masa muda di Jepang. Abdul Kareem Saito berperan dalam penyebaran intelektual muslim dengan mengirimkan muridnya ke Al Azhar University, Egypt, in the sixties and to Saudi Arabia in the seventies in order to master Arabic language and study Islam. Sekarang dia mengajar di Universitas Japan.
Tahun 1973 Krisis Minyak Dunia (Keemasan Islam di Jepang):
Pada saat itu King Faisal menaikkan harga minyak sehingga negara-negara Barat khususnya Amerika Serikat kelimpungan dan perekonomiannya sempat mengalami decline (kemerosotan). Media massa Jepang melakukan pemberitaan besar-besaran mengenai Muslim World secara umum dan Arab World secara khusus setelah menyadari pentingnya negara-negara Arab bagi ekonomi Jepang. Dengan adanya pemberitaan besar-besaran ini banyak orang Jepang yang sebelumnya tidak tahu apa-apa mengenai Islam mendapat kesempatan untuk mengenal Islam lewat tampilan suasana penyelenggaraan ibadah Haji di Mekah serta mendengar suara adzan dan bacaan Al-Quran. Di samping banyaknya upaya sungguh-sungguh untuk mempelajari Islam dan banyak yang memeluk Islam. Namun dengan berakhirnya efek oil shock, maka berakhir pula segala nostalgia ini. Ketertarikan orang-orang Jepang pada Islam menghilang secara cepat.Islamic Boom”
Masa Suram Islam di Jepang:
Perkembangan Islam di Jepang juga pernah menjadi sorotan karena beberapa kasus seperti:
Tahun 1991 :
Pembunuhan Hitoshi Igarashi tanggal 11 July 1991 yang sangat menghebohkan. Beliau adalah seorang dosen bidang Study Islam yang menerjemahkan buku Ayat Ayat Setan, ditemukan meninggal berlumuran darah di dekat ruang kerjanya yaitu di Universitas Tsukuba Ibaraki. Kasus ini mendapat sorotan yang luas dan melibatkan investigasi besar besaran namun pelakunya masih tetap misteri sampai akhirnya kasusnya ditutup pada tanggal 11July 2006. Menurut undang undang di Jepang kasus kriminal dianggap selesai dan kasusnya akan ditutup setelah melewati waktu 15 tahun. Kasusnya bisa dibaca disini
Tahun 2008:
Terbunuhnya Kazuya Ito, seorang tenaga sukarelawan proyek irigasi di Afganistan tahun 2008. Pembunuhnya yang mengatasnamakan kelompok Islam tersebut menculik tenaga sosial tersebut sehabis bekerja. Namun sebetulnya jauh sebelum itu kecurigaan orang Jepang terhadap kegiatan agama sudah cukup besar seperti perang dan kekerasan atas nama agama di sejumlah negara Arab, Philipina ataupun Indonesia serta kasus yang sangat terkenal penghancuran situs bersejarah di lembah Bamyan, membuat perkembangan agama Islam di negara tersebut sangat tidak menguntungkan.
Tahun 2001:
serangan 11 September 2001 yang menyebabkan 24 orang Jepang tewas. Kasus ini cukup unik sekaligus juga membingungkan khususnya dalam hubungannya dengan Islam di Jepang. Beberapa site menyebutkan setelah peristiwa 11 September 2001, memicu banyak orang Jepang yang memeluk Islam, namun sebagaian kecil lagi memberikan agrumen yang sebaliknya, jadi agar tidak menimbulkan perdebatan rasanya cukup adil kalau saya tulis keduanya. Di sub ini saya memakai sumber dari koran online The Japan Times .
catatan, salah seorang pelaku 11 Septermber pernah bermukim di negara tersebut. Beberapa laporan inteligen beberapa kali melaporkan bahwa Jepang merupakan salah satu target serangan mereka dan bulan Mey 2004, 4 orang yang anggota atau simpatisan Al Qaida telah tertangkap di negara tersebut (Sumber CNN). Jadi bisa dibayangkan sejak kejadian tersebut, aktivitas keagamaan menjadi semakin diawasi.
F. Kendala Perkembangan Agama Islam di Jepang
1. Ketaatan warga Jepang terhadap kepercayaan Sinto dan Budha.
Statistik menyebutkan, sekitar 80 persen penduduk memeluk Sinto atau Budha. Hanya satu dari empat penduduk Jepang yang menganut agama lain. Adapun agama Islam dianut oleh sekitar satu setengah juta jiwa. Jumlah ini terbilang kecil dibandingkan populasi di Jepang sebanyak 120 juta jiwa.
2. Fasilisas komunikasi, perumahan, pendidikan anak, atau makanan halal serta buku-buku Islam yang pada saat itu, tahun 1980-an masih sangat sulit. Masalah lain yang kemudian mengemuka adalah minimnya sekolah yang mengajarkan pendidikan Islam. Situasi itu berhubungan dengan jumlah masjid yang terbatas. Belum lagi, saat gempa kemarin, salah satu masjid utama di Kobe hancur.
3. Hanya ada sedikit orang yang bisa memberi pengajaran tentang Islam kepada masayakat lokal dengan menggunakan bahasa Jepang. Islam merupakan sebuah agama yang memberi penekanan pada pentingnya ilmu dan kita tidak dapat menegakkan Islam tanpa memahaminya (belajar).
4. Stereotip terhadap citra Islam sebagai sebuah agama aneh yang berasal dari negara-negara berkembang. Bahkan pada saat sekarang pun, meskipun telah dilakukan perbaikan, citra semcam ini belum bisa dihapus sepenuhnya. Beberapa tahun yang lalu, seorang penulis terkenal yang concern dalam bidang social mengatakan pada salah satu program acara TV bahwa Islam merupakan sebuah agama yang pengikutnya menyembah matahari. Bagi generasi Muslim Jepang yang lama, Islam disamakan dengan agama yang ada di Malaysia, Indonesia atau China dan yang lainnya. Namun bagi generasi Muslim Jepang yang baru, negara-negara Asia Tenggara dan Timur ini tidak terlalu menarik, karena orientasi mereka adalah Barat, dan mereka lebih dipengaruhi oleh Islam seperti yang ada di negara-negara Arab. Muslim Jepang generasi lama sudah pernah hidup berdampingan dengan Muslim non-Jepang dan hal ini merupakan sebuah contoh yang bagus akan adanya semangat persaudaraan. Namun di sisi lain kita tidak bisa menafikan adanya efek samping dari ini semua, yakni islam menjadi sesuatu yang asing bagi orang Jepang pada umumnya.
5. Distribusi yang tidak merata, maka terjemahan Al-Quran dalam bahasa Jepang tidak tersedia di ruang public. Literatur Islam benar-benar sulit ditemui di toko buku atau perpustakaan umum kecuali beberapa essay yang ditulis dalam bahasa Inggris serta buku-buku yang dijual dengan harga yang relative mahal. Akibatnya, tidak heran jika kita hanya menemukan bahwa pengetahuan orang-orang Jepang mengenai Islam hanya terbatas seputar poligami, Sunni dan Syiah, Ramadhan, Mekah, Allah adalah Tuhan-nya orang Islam, dan Islam adalah agamanya Muhammad.
6. Pemakaman
G. Pemeluk Agama Islam di Jepang
Sebagian besar pemeluk Islam ini adalah para pelajar dan imigran dari negara Asia Tenggara dan Timur Tengah. Hanya sedikit yang warga asli Jepang. Umumnya terkonsentrasi di kota-kota besar semisal Hiroshima, Kyoto, Nagoya, Osaka, dan Tokyo. Secara rutin dakwah juga berjalan pada komunitas-komunitas Muslim ini.
Pada kenyataannya pula asosiasi pelajar muslim serta organisasi keagamaan kerap menyelenggarakan acara bersama dan diskusi untuk menambah pengetahuan ke-Islaman. Selain itu acara tersebut terbukti cukup efektif dalam membina persaudaraan sesama Muslim.
H. Jumlah penduduk ISLAM di Jepang
Jumlah tepatnya penduduk Islam di Jepang masih belum diketahui secara pasti (orang asli Jepang yang memeluk Islam masih sangat sedikit, yakni sekitar 70.000). Namun terdapat beberapa sumber yang mengatakan jumlah penduduk Islam di Jepang sekitar 100,000 sampai 1,260,000 orang. Mayoritas dari mereka adalah penduduk Jepang keturunan, kumpulan pendatang yang terdiri dari golongan pekerja atau pelajar yang sudah mendapatkan status sebagai warga negara tetap di Jepang.
Sekitar tahun 1997, terdapat sekitar 100,000 sampai 150,000 warga negara Jepang yang beragama Islam dan mayoritas dari mereka adalah warga Jepang keturunan dan pendatang yang sudah mendapatkan status warga negara tetap. Lebih jelasnya bisa dilihat disini: http://www.sma-igs.net/population.html
Data statistic mengindikasikan bahwa 80 % dari total populasi percaya pada Buddhism atau Shintoism dimana 0,7 % adalah penganut Nasrani. Hasil terakhir yang diperoleh berdasarkan polling yang dilakukan oleh majalah bulanan Jepang menyatakan bahwa terdapat sebuah gelombang protes yang penting seputar keberadaan agama. Hanya satu dari empat orang Jepang percaya akan dogma-dogma agama. Kurangnya kepercayaan terhadap dogma-dogma agama umumnya terjadi pada kaum muda Jepang umur 20 tahun dengan angka mencapai 85 %. Para pelaku dakwah yang direpresentasikan oleh komunitas Muslim di Jepang dengan estimasi jumlah mereka sebanyak 100 ribu orang sendiri dirasa amat kecil jika dibandingkan dengan total populasi penduduk Jepang yang mencapai lebih dari 20 juta orang.
Berada di bawah payung berbagai macam organisasi dan lembaga:
PMIJ (Persaudaraan Muslim Indonesia Jepang),
FLP (Forum Lingkar Pena) Jepang,
PKS (Partai Keadilan Sejahtera) Jepang
KAMMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia) Jepang.
Organisasi dan lembaga keislaman yang dikelola Jepang:
1953 Japan Association of Middle East Studies (JAMES)
Kegiatannya:
· menyelenggarakan kajian-kajian (dalam bentuk seminar maupun diskusi) seputar Islam. Dan dari hasil pengkajian Islam yang intensif dilakukan di kampus-kampus terkenal di Jepang itu lahirlah sarjana-sarjana Islam Jepang sekaliber Prof. Sachiko Murata, pengarang buku The Tao of Islam yang terkenal itu. Prof. Sachiko Murata sendiri akhirnya memeluk Islam setelah belajar Islam di Fakultas Teologi University of Tokyo.
· penerjemahan dan menerbitkan kitab suci Al-Quran, Hadits Nabi, serta buku tentang cara sholat.
Hokkaido Islamic Society (H.I.S.) (organisasi non-politis) 1992
concern ke penerapan ajaran-ajaran Islam (hokum Islam) dengan tetap menghormati hokum yang diterapkan Jepang.
J. Muslim Terbanyak di Jepang : Indonesia
Masyarakat Islam yang ada di Jepang, terbanyak adalah orang Indonesia, disusul Pakistan, Bangladesh, dan Iran. Pada tahun 1930-an, hanya ada 2 masjid. Saat ini diperkirakan sudah terdapat lebih dari 100 masjid. Dari jumlah tersebut, data yang berhasil dihimpun oleh Tokyo University Islamic Culture Society baru meliputi 7 masjid dan 2 mushalla di wilayah Tokyo.
Lima buah masjid dan 3 mushalla di daerah Saitama, Kanagawa, dan Sendai.Di wilayah Aichi dan Shizuoka tercatat 3 masjid, sedangkan di Kobe terdapat sebuah masjid besar, yaitu Masjid Kobe, dan sebuah musholla.
Masih ada sebuah mushalla lagi, yaitu di daerah Takamatsu. Selain masjid dan mushalla tersebut, tercatat 2 buah Islamic Center, masing-masing di Tokyo dan Sendai. Pusat Islam dan Asosiasi Muslim Jepang di Tokyo menjadi pusat studi Islam dan bahasa Arab bagi warga Jepang, yang banyak menarik perhatian warga muda Jepang.
Di Nagoya, masjid Nagoya diresmikan tanggal 27 Juli 1998. Terletak tak jauh dari Honjin Eki pintu 3, masjid ini mempunyai luas 61,7 m2, terdiri dari lantai 1 sebagai tempat wudhu, ruang kantor dan fasilitas kebersihan. Lantai 2 untuk tempat sholat wanita, sedangkan lantai 3 adalah ruang sholat utama bagi pria. Lantai 4 dan atap masjid sebagai ruang sholat tambahan.
Sekarang ini sudah hampir 40 masjid dan 100 organisasi Islam berada di Jepang.
K. Masjid Di Jepang
Di negara jepang saat ini terdapat ratusan buah mesjid dengan jumlah terbanyak terletak di daerah Tokyo. Bandingkan dengan sampai akhir tahun 1999 dimana mesjid hanya 3 buah saja Nagoya, Tokyo dan Kobe.. Mesjid tetua di Jepang adalah mesjid Kobe yang didirika tahun 1928 oleh pedagang dari India, sedangkan mesjid tertua di Tokyo adalah Masjid Jamii yang dibangun tahun 1938 didirikan oleh orang Turki dengan mendapat sokongan penuh pemerintahnya. (sumber : wikipedia). Mesjid terbaru sekarang adalah Mesjid Gifu, propinsi Aichi, yang terkenal dengan industri otomotifnya. "Proyek pembangunan masjid ini menelan biaya sebesar 129 juta yen atau setara 1,1 juta dolar AS" (sumber : berita antara)
Masjid Kobe
Masjid Kobe (神戸モスク Masjid Kōbe), juga dikenal sebagaiMasjid Muslim Kobe (神戸ムスリムモスク Masjid Muslim Kōbe), didirikan bulan Oktober 1935 di Kobe dan merupakan masjid pertama di Jepang Pembangunannya didanai oleh sumbangan dari Komite Islam Kobe sejak 1928 hingga pembukaannya tahun 1935 Masjid ditutup oleh Angkatan Laut Kekaisaran Jepang tahun 1943. Tetapi, masih aktif sebagai masjid hari ini. Terletak di distrikKitano-cho di Kobe. Karena memiliki ruang bawah tanah dan strukturnya, masjid ini selamat dari gempa bumi besar Hanshin.
Masjid itu dibangun dalam gaya Turki tradisional oleh arsitek CekoJan Josef Svagr (1885–1969), perancang sejumlah tempat ibadah Barat di Jepang.
Daftar Pustaka
Hanya terdapat sedikit sekali catatan sejarah yang merekam tentang hubungan antara Islam dengan Jepang sebelum mereka membuka negaranya pada tahun 1853, walaupun diyakini bahwa sudah banyak muslim yang datang ke nagasaki berabad-abad sebelumnya.
Agama Islam mulai masuk ke Jepang diperkirakan sekitar zaman Restorasi Meiji (1867), ditandai dengan masuknya literatur literatur mengenai Islam yang berasal dari negara lain. yang bersamaan waktunya dengan hadirnya agama Nasrani dari Barat ke negara tersebut. Seiring kemudian muncul buku terjemahan bahasa Jepang mengenai riwayat hidup Nabi Muhammad. Hal ini secara langsung membantu Islam menempatkan diri pada wacana intelektual warga setempat. Pada masa itu, kisah tentang Nabi Muhammad SAW dan agama Islam sendiri telah diterjemahkan dalam bahasa jepang. Hal inilah yang membantu ISLAM mendapatkan tempat tersendiri di kalangan penduduk Jepang, meskipun hanya sebagai ilmu pengetahuan ataupun sejarah kebudayaan dunia.
Kemudian, pada tahun 1890 (seribu depalan ratus sembilan puluh), terjadi sebuah peristiwa yang mempertemukan Jepang dan Islam. Peristiwa ini dikenal sebagai Peristiwa Kapal Ertogrul. Sebuah kapal laut milik Kerajaan Turki Ottoman karam di perairan Jepang. Dari 600 penumpang, hanya 69 yang selamat. Pemerintah maupun rakyat Jepang bersama-sama berusaha menolong para penumpang yang selamat dan mengadakan upacara penghormatan bagi arwah penumpang yang meninggal dunia. Mereka yang selamat, akhirnya dapat kembali ke negara mereka berkat sumbangan yang berhasil dikumpulkan dari seluruh rakyat Jepang. Peristiwa ini menjadi pencetus dikirimnya utusan pemerintah Turki ke Jepang pada tahun 1891(seribu delapan ratus sembilan puluh satu." (dikutip dari : website kedutaan besar jepang, jakarta ). Hubungan baik antara Turki dan Jepang ini tampaknya berlanjut hingga sekarang. Orang Turki merupakan salah satu orang orang asing yang cukup banyak dijumpai di negara ini.
Komunitas muslim baru ada setelah kedatangan pengungsi dari Uzbek, Kirghiz, Kazakh, dan kaum Tatar Muslim yang lari akibat terjadi Revolusi Bolshevik di Rusia selama Perang Dunia I. Pemerintah kekaisaran Jepang kemudian bersedia menyediakan lahan bagi tempat tinggal mereka di beberapa kota hingga membentuk komunitas-komunitas kecil.
B. Mengapa ISLAM mudah sekali tersebar di Jepang
Toleransi dan kemudahan beragama di Jepang
Masyarakat Jepang modern tidak lagi mementingkan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari. Mayoritas penduduk Jepang beragama Shinto dan Budha (*atau menganut kedua ajaran tersebut). Meskipun ada juga yang menganut ajaran Kristen. Kini, hampir semua penduduk Jepang LEMAH dalam ilmu keagamaan karena gaya hidup modern mereka yang lebih mementingkan urusan duniawi. Akibatnya banyak sekali penduduk Jepang yang merasa hati mereka KOSONG dan seperti mencari "sesuatu" dalam hidup mereka. Sehingga, kedatangan ISLAM ke Jepang telah mengisi kekosongan hati penduduk Jepang dan melengkapi hidup mereka dengan memeluk agama ISLAM dengan hati yang terbuka.
(dikutip dari : Republika : Islam berkembang pesat di Jepang )
"Kebebasan beragama yang telah dinikmati oleh masyarakat Jepang selama ini, punya andil yang cukup besar bagi diterimanya Islam di Jepang. Masyarakat Jepang dengan bebas dapat memeluk Islam sebagai agama. Lebih dari, kondisi masyarkat Jepang yang cukup toleran dan lebih mengutamakan akal dan logika lebih memudahkan mereka menerima kebenarna Islam yang ajarannya memang tidak bertentangan dengan akal sehat. Karena berpikir logis itu pula yang menjadikan masyarakat Jepang tidak terpengaruh dengan isu terorisme Islam yang sengaja dihembuskan oleh pihak-pihak tertentu."
(dikutip dari : http://islamlib.com/id/artikel/berbahasa-arab-di-jepang/ )
"Saya sempat berkunjung ke sebuah perpustakaan swasta, Toyo Bunko atau Oriental Library, yang didirikan dan dibiayai oleh keluarga perusahaan besar, Mitsubishi. Perpustakaan ini mempunyai koleksi ratusan ribu buku tentang kebudayaan timur dalam pelbagai bahasa. Saya diajak keliling oleh Direktur Riset, Prof. Tsugitaka Sato, ke seluruh ruangan perpustakaan, melihat koleksi ratusan ribu buku dan manuskrip tua yang menakjubkan. Prof. Sato menghadiahkan sebuah buku yang baru ditulisnya, tentang sosok seorang wali besar dari Asia Tengah, yaitu Ibrahim b. Adham. Sayang sekali, saya tidak paham bahasa Jepang sehingga tak bisa menikmatinya. Bagi anak-anak pesantren, sudah tentu tokoh Ibrahim b. Adham ini sangat dikenal. Saya benar-benar kaget, ternyata tradisi kajian Islam di Jepang cukup berkembang dengan baik dan kukuh. Inilah yang menjelaskan kenapa muncul beberapa sarjana Islam Jepang dalam tingkatan yang sejajar dengan para sarjana Islam di Barat, seperti Pro. Toshihiko Izutsu atau Sachiko Murata, pengarang buku The Tao of Islam yang terkenal itu"
Catatan :
Di beberapa tempat pernah terdengar adanya perlakuan tidak menyenangkan dari sejumlah petugas polisi ataupun intelijen terhadap sejumlah organisasi ataupun pengikut agama Islam. Hal ini adalah benar. Sebetulnya bukan hanya terbatas pada penganut Islam saja, semua organisasi berbau agama umumnya selalu mendapat perhatian dari pihak keamanan. Hal ini disebabkan karena mereka memiliki pengalaman buruk tentang organisasi agama terlebih lagi organisasi agama yang didirikan oleh orang asing. Jadi untuk kasus ini sepertinya lebih condong ke arah keamanan.
C. Bagaimana penyebaran ISLAM di Jepang
Penyebaran ISLAM di Jepang melalui 2 cara, yaitu:
a Perkawinan: Banyak warga asing yang beragama Islam menikahi wanita-wanita setempat (Japanese women), sehingga menyebabkan para wanita jepang ini memeluk Islam.
b Dakwah: Beberapa warga asing yang beragama Islam, aktif menyebarkan dakwah tentang Islam di Jepang, sehingga dengan sendirinya banyak warga Jepang yang memeluk Islam dengan hati terbuka.
D. Orang Jepang pertama yang memeluk ISLAM di Jepang
Hingga kini tidak diketahui siapakah orang Jepang pertama yang memeluk agama Islam. Namun berdasarkan hasil kajian, terdapat 3 orang warga Jepang yang dikenal pasti sebagai warga Jepang terawal yang memeluk agama Islam:
a Mitsutaro Takaoka : Beliau memeluk Islam pada tahun 1909 dan mengganti namanya menjadi Omar Yamaoka selepas menunaikan ibadah Haji di Makkah.
b Bunpachiro Aroga : Beliau memeluk Islam ketika berada di India, karena dakwah yang ada disana, dan mengganti namanya menjadi Ahmad Ariga.
c Torajiro Yamada: Beliau mengunjungi negara Turki karena bersimpati dengan korban "Tragedi Kapal Karam Ertugrul" dan akhirnya memeluk Islam disana, serta mengganti namanya menjadi Abdul Khalil setelah menunaikan ibadah Haji di Makkah.
E. Perkembangan Islam di Jepang
Tahun 1930:
Abdul Hay Qurban Ali merupakan pemimpin Tatar Muslims dan menerbitkan Yapan Makhbari, (majalah Islam dengan bahasa Tatar) majalah ini didistribusikan baik di dalam atau diluar Jepang. Dia juga menulis buku-buku Islamiah dengan bahasa Tatar. Begitu pula Alquran dicetak sendiri. Alquran dicetak beberapa tahun sebelum ada komunitas Kazan.
Masjid Tokyo
Masyarakat TURKI yang beremigrasi dari KAZAN (Rusia) membangun Masjid TOKYO pada tahun 1938 didirikan oleh Hafiz Wahbah, didukung oleh sebuah yayasan dari perkumpulan orang-orang Jepang yang terhormat. Gaya arsitektur Masjid Tokyo sangat klasik, terdiri dari 2 lantai. Lantai 2 dipergunakan untuk beribadah, sedangkan lantai 1 merupakan ruang serbaguna yang dapat dipergunakan untuk acara pernikahan, pameran, fashion show, dan konferensi. Masjid TOKYO merupakan alternatif bagi orang-orang di Jepang untuk belajar tentang ISLAM. Dan dengan keberadaan Masjid TOKYO yang dibangun oleh warga TURKI, setidaknya bisa lebih menjalin hubungan kekerabatan antara TURKI dengan JEPANG.
Tahun Setelah Perang Dunia II (PD II) tahun 1940an:
· Tahun 1941 Sheikh Abdullah Togai, dari Al Azhar University tiba di Jepang Dan berada diJepang selama 6 bulan. Selama 6 bulan Sheikh Abdullah Togai mempunyai murid Mr. Umar Hayashi yang belajar bahasa Arab.
Mr. Umar Hayashi merupakan pemimpin dari Japan Muslins, yang bekerja di perusahan minyak di Riyadh (Arab Saudi)
Abdul Kareem Tabbarah merupakan pedagang asal Libanon yang tinggal di Jepang pada tahun 1941 . Dia menguraikan symbol dan menuliskan tulisan suku Ainu.
Invasi Jepang terhadap China dan negara-negara Asia Tenggara (Malaysia, Indonesia, Philipina) selama Perang Dunia II menyebabkan orang-orang Jepang dapat berinteraksi dengan orang-orang Muslim. Orang-orang Jepang yang memeluk Islam karena interaksinya dengan orang-orang Muslim di negara-negara yang mereka invasi.
Tokoh terkemuka yang masuk Islam saat Jepang saat PD II:
o Umar Yukiba mualaf Islam di Malaysia
o Muneer Watanabe
o Sadiq Imaizumi
o Faruq Nagase
o Suda
o Matsubayashi.
Orang Asing yang menyebarka agama Islam di Jepang:
ü Abdur Rasheed Ibrahim pemimpin Sekolah Tatar di Jepang meninggal pada tahun 1944, dikubur di Tama Muslim di daerah pinnggiran Tokyo.
ü Noorul Hasan Barlas kembali ke Pakistan setelah perdagang perangko kuno dan sebelumnya menempuh pendidikan di Yokohama.
Tahun 1953:
Tahun 1953 organisasi muslim pertama (Japan Muslim Association) dibentuk oleh Umar Yamaoka, Umar Mita, Abdul Muneer Watanabe, Sadiq Imaizumi, Umar Yukiba dan Mustafa Komura dibawah kepemimpinan almarhum Sadiq Imaizumi.berdiri di bawah pimpinan Sadiq Imaizumi. Jumlah anggotanya masih sebanyak 65 orang dan bertambah dua kali lipat dua tahun kemudian.
Pengganti Sadiq adalah Umar Mita. Dia mempelajari Islam ketika bekerja di Manshu Railway Company di Cina saat perang dunia II. Karena sering kali berhubungan dengan umat muslim Peking-Cina, lama kelamaan Umar percaya terhadap ajaran Islam dan memutuskan beralih menjadi Muslim. Sesudah kembali ke Jepang, dia pergi ke tanah suci Makkah dan tercatat sebagai orang Jepang pertama yang berhaji setelah masa perang. Tak hanya itu, Omar selanjutnya juga membuat terjemahan Alquran ke dalam bahasa Jepang.
Anggota-anggotanya yang pada saat pengukuhan berjumlah 65 orang bertambah menjadi dua kali lipat sebelum Sadiq Imaizumi meninggal. Presiden Japan Muslim Association adalah almarhum Umar Mita, seorang pemimpin yang penuh dedikasi. Mita merupakan tipikal Muslim generasi tua, yang belajar Islam dalam wilayah yang berada di bawah kekuasaan Jepang (wilayah invasi). Dia pada saat itu bekerja di perusahaan Perkeretapian Manshu, yang sebenarnya turut mengontrol wilayah yang diinvasi oleh Jepang yang berada di sebuah propinsi yang terletak di timur laut China. Melalui interaksinya dengan Muslim China, dia akhirnya yakin soal kebenaran Islam dan akhirnya memeluk Islam. Ketika dia kembali ke Jepang setelah perang berakhir, dia menunaikan ibadah Haji. Untuk pertama kalinya, Mita menerjemahkan Al-Quran ke dalam bahasa Jepang agar sesuai dengan perspektif Muslim. Jadi hanya setelah Perang Dunia II-lah bisa dikatakan bahwa sebuah komunitas Muslim Jepang yang sejati telah benar-benar terbentuk. Terlepas dari sukses awalnya, untuk selanjutnya perkembangan Japan Muslim Association mengalami kesulitan merekrut anggota.
Islam justru mengalami perkembangan pesat selama berkecamuknya Perang Dunia II. Kekaisaran dan militer Jepang banyak menjalin hubungan dengan sejumlah organisasi dan pusat kajian Islam serta negara Islam. Pada masa ini sebanyak 100 buku dan jurnal mengenai Islam terbit di Jepang. Namun, tujuan utama pihak militer mendekati kalangan Islam adalah guna mendapat pengetahuan tentang Islam dalam kaitan rencana invasi ke negara-negera Asia Tenggara yang berpenduduk Muslim.
Tahun 1956 – 1960: Tablighi
Abdur Rasheed Arshad perencana pergerakan Islam dari Pakistan (Tablighi), yang memiliki misi penyebaran agama dengan sokongan dana pemerintah Japan tahun 1959. Rombongan pertama yang tiba di Jepang 1956, dipimpin oleh Shabir Ahmad in Lahore.
Tokoh yang aktif penyebaran Agama Islam: Umar Mita, Mustafa Komura,
Mualaf: Prof. Abdul Kareem Saito, Khalid Kiba, Dr. Umar Kawabata, ZaKariya Nakayama, Ali Mori, and Amin Yamamoto.
Pemimpin Islam di pulau Shikoku: Sadiq Imaizumi membantu para mualaf (Ramadan Isozaki, Zubair Suzuki, Sideeq Nakayama, and Yusuf Imori).
Abdul Kareem Saito mualaf dari Tablighi bekerja di Takushoku University. Abdul Kareem Saito menghabiskan masa muda di Jepang. Abdul Kareem Saito berperan dalam penyebaran intelektual muslim dengan mengirimkan muridnya ke Al Azhar University, Egypt, in the sixties and to Saudi Arabia in the seventies in order to master Arabic language and study Islam. Sekarang dia mengajar di Universitas Japan.
Tahun 1973 Krisis Minyak Dunia (Keemasan Islam di Jepang):
Pada saat itu King Faisal menaikkan harga minyak sehingga negara-negara Barat khususnya Amerika Serikat kelimpungan dan perekonomiannya sempat mengalami decline (kemerosotan). Media massa Jepang melakukan pemberitaan besar-besaran mengenai Muslim World secara umum dan Arab World secara khusus setelah menyadari pentingnya negara-negara Arab bagi ekonomi Jepang. Dengan adanya pemberitaan besar-besaran ini banyak orang Jepang yang sebelumnya tidak tahu apa-apa mengenai Islam mendapat kesempatan untuk mengenal Islam lewat tampilan suasana penyelenggaraan ibadah Haji di Mekah serta mendengar suara adzan dan bacaan Al-Quran. Di samping banyaknya upaya sungguh-sungguh untuk mempelajari Islam dan banyak yang memeluk Islam. Namun dengan berakhirnya efek oil shock, maka berakhir pula segala nostalgia ini. Ketertarikan orang-orang Jepang pada Islam menghilang secara cepat.Islamic Boom”
Masa Suram Islam di Jepang:
Perkembangan Islam di Jepang juga pernah menjadi sorotan karena beberapa kasus seperti:
Tahun 1991 :
Pembunuhan Hitoshi Igarashi tanggal 11 July 1991 yang sangat menghebohkan. Beliau adalah seorang dosen bidang Study Islam yang menerjemahkan buku Ayat Ayat Setan, ditemukan meninggal berlumuran darah di dekat ruang kerjanya yaitu di Universitas Tsukuba Ibaraki. Kasus ini mendapat sorotan yang luas dan melibatkan investigasi besar besaran namun pelakunya masih tetap misteri sampai akhirnya kasusnya ditutup pada tanggal 11July 2006. Menurut undang undang di Jepang kasus kriminal dianggap selesai dan kasusnya akan ditutup setelah melewati waktu 15 tahun. Kasusnya bisa dibaca disini
Tahun 2008:
Terbunuhnya Kazuya Ito, seorang tenaga sukarelawan proyek irigasi di Afganistan tahun 2008. Pembunuhnya yang mengatasnamakan kelompok Islam tersebut menculik tenaga sosial tersebut sehabis bekerja. Namun sebetulnya jauh sebelum itu kecurigaan orang Jepang terhadap kegiatan agama sudah cukup besar seperti perang dan kekerasan atas nama agama di sejumlah negara Arab, Philipina ataupun Indonesia serta kasus yang sangat terkenal penghancuran situs bersejarah di lembah Bamyan, membuat perkembangan agama Islam di negara tersebut sangat tidak menguntungkan.
Tahun 2001:
serangan 11 September 2001 yang menyebabkan 24 orang Jepang tewas. Kasus ini cukup unik sekaligus juga membingungkan khususnya dalam hubungannya dengan Islam di Jepang. Beberapa site menyebutkan setelah peristiwa 11 September 2001, memicu banyak orang Jepang yang memeluk Islam, namun sebagaian kecil lagi memberikan agrumen yang sebaliknya, jadi agar tidak menimbulkan perdebatan rasanya cukup adil kalau saya tulis keduanya. Di sub ini saya memakai sumber dari koran online The Japan Times .
catatan, salah seorang pelaku 11 Septermber pernah bermukim di negara tersebut. Beberapa laporan inteligen beberapa kali melaporkan bahwa Jepang merupakan salah satu target serangan mereka dan bulan Mey 2004, 4 orang yang anggota atau simpatisan Al Qaida telah tertangkap di negara tersebut (Sumber CNN). Jadi bisa dibayangkan sejak kejadian tersebut, aktivitas keagamaan menjadi semakin diawasi.
F. Kendala Perkembangan Agama Islam di Jepang
1. Ketaatan warga Jepang terhadap kepercayaan Sinto dan Budha.
Statistik menyebutkan, sekitar 80 persen penduduk memeluk Sinto atau Budha. Hanya satu dari empat penduduk Jepang yang menganut agama lain. Adapun agama Islam dianut oleh sekitar satu setengah juta jiwa. Jumlah ini terbilang kecil dibandingkan populasi di Jepang sebanyak 120 juta jiwa.
2. Fasilisas komunikasi, perumahan, pendidikan anak, atau makanan halal serta buku-buku Islam yang pada saat itu, tahun 1980-an masih sangat sulit. Masalah lain yang kemudian mengemuka adalah minimnya sekolah yang mengajarkan pendidikan Islam. Situasi itu berhubungan dengan jumlah masjid yang terbatas. Belum lagi, saat gempa kemarin, salah satu masjid utama di Kobe hancur.
3. Hanya ada sedikit orang yang bisa memberi pengajaran tentang Islam kepada masayakat lokal dengan menggunakan bahasa Jepang. Islam merupakan sebuah agama yang memberi penekanan pada pentingnya ilmu dan kita tidak dapat menegakkan Islam tanpa memahaminya (belajar).
4. Stereotip terhadap citra Islam sebagai sebuah agama aneh yang berasal dari negara-negara berkembang. Bahkan pada saat sekarang pun, meskipun telah dilakukan perbaikan, citra semcam ini belum bisa dihapus sepenuhnya. Beberapa tahun yang lalu, seorang penulis terkenal yang concern dalam bidang social mengatakan pada salah satu program acara TV bahwa Islam merupakan sebuah agama yang pengikutnya menyembah matahari. Bagi generasi Muslim Jepang yang lama, Islam disamakan dengan agama yang ada di Malaysia, Indonesia atau China dan yang lainnya. Namun bagi generasi Muslim Jepang yang baru, negara-negara Asia Tenggara dan Timur ini tidak terlalu menarik, karena orientasi mereka adalah Barat, dan mereka lebih dipengaruhi oleh Islam seperti yang ada di negara-negara Arab. Muslim Jepang generasi lama sudah pernah hidup berdampingan dengan Muslim non-Jepang dan hal ini merupakan sebuah contoh yang bagus akan adanya semangat persaudaraan. Namun di sisi lain kita tidak bisa menafikan adanya efek samping dari ini semua, yakni islam menjadi sesuatu yang asing bagi orang Jepang pada umumnya.
5. Distribusi yang tidak merata, maka terjemahan Al-Quran dalam bahasa Jepang tidak tersedia di ruang public. Literatur Islam benar-benar sulit ditemui di toko buku atau perpustakaan umum kecuali beberapa essay yang ditulis dalam bahasa Inggris serta buku-buku yang dijual dengan harga yang relative mahal. Akibatnya, tidak heran jika kita hanya menemukan bahwa pengetahuan orang-orang Jepang mengenai Islam hanya terbatas seputar poligami, Sunni dan Syiah, Ramadhan, Mekah, Allah adalah Tuhan-nya orang Islam, dan Islam adalah agamanya Muhammad.
6. Pemakaman
G. Pemeluk Agama Islam di Jepang
Sebagian besar pemeluk Islam ini adalah para pelajar dan imigran dari negara Asia Tenggara dan Timur Tengah. Hanya sedikit yang warga asli Jepang. Umumnya terkonsentrasi di kota-kota besar semisal Hiroshima, Kyoto, Nagoya, Osaka, dan Tokyo. Secara rutin dakwah juga berjalan pada komunitas-komunitas Muslim ini.
Pada kenyataannya pula asosiasi pelajar muslim serta organisasi keagamaan kerap menyelenggarakan acara bersama dan diskusi untuk menambah pengetahuan ke-Islaman. Selain itu acara tersebut terbukti cukup efektif dalam membina persaudaraan sesama Muslim.
H. Jumlah penduduk ISLAM di Jepang
Jumlah tepatnya penduduk Islam di Jepang masih belum diketahui secara pasti (orang asli Jepang yang memeluk Islam masih sangat sedikit, yakni sekitar 70.000). Namun terdapat beberapa sumber yang mengatakan jumlah penduduk Islam di Jepang sekitar 100,000 sampai 1,260,000 orang. Mayoritas dari mereka adalah penduduk Jepang keturunan, kumpulan pendatang yang terdiri dari golongan pekerja atau pelajar yang sudah mendapatkan status sebagai warga negara tetap di Jepang.
Sekitar tahun 1997, terdapat sekitar 100,000 sampai 150,000 warga negara Jepang yang beragama Islam dan mayoritas dari mereka adalah warga Jepang keturunan dan pendatang yang sudah mendapatkan status warga negara tetap. Lebih jelasnya bisa dilihat disini: http://www.sma-igs.net/population.html
Data statistic mengindikasikan bahwa 80 % dari total populasi percaya pada Buddhism atau Shintoism dimana 0,7 % adalah penganut Nasrani. Hasil terakhir yang diperoleh berdasarkan polling yang dilakukan oleh majalah bulanan Jepang menyatakan bahwa terdapat sebuah gelombang protes yang penting seputar keberadaan agama. Hanya satu dari empat orang Jepang percaya akan dogma-dogma agama. Kurangnya kepercayaan terhadap dogma-dogma agama umumnya terjadi pada kaum muda Jepang umur 20 tahun dengan angka mencapai 85 %. Para pelaku dakwah yang direpresentasikan oleh komunitas Muslim di Jepang dengan estimasi jumlah mereka sebanyak 100 ribu orang sendiri dirasa amat kecil jika dibandingkan dengan total populasi penduduk Jepang yang mencapai lebih dari 20 juta orang.
I. Populasi Muslim Indonesia di Jepang
Berada di bawah payung berbagai macam organisasi dan lembaga:
PMIJ (Persaudaraan Muslim Indonesia Jepang),
FLP (Forum Lingkar Pena) Jepang,
PKS (Partai Keadilan Sejahtera) Jepang
KAMMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia) Jepang.
Organisasi dan lembaga keislaman yang dikelola Jepang:
1953 Japan Association of Middle East Studies (JAMES)
Kegiatannya:
· menyelenggarakan kajian-kajian (dalam bentuk seminar maupun diskusi) seputar Islam. Dan dari hasil pengkajian Islam yang intensif dilakukan di kampus-kampus terkenal di Jepang itu lahirlah sarjana-sarjana Islam Jepang sekaliber Prof. Sachiko Murata, pengarang buku The Tao of Islam yang terkenal itu. Prof. Sachiko Murata sendiri akhirnya memeluk Islam setelah belajar Islam di Fakultas Teologi University of Tokyo.
· penerjemahan dan menerbitkan kitab suci Al-Quran, Hadits Nabi, serta buku tentang cara sholat.
Hokkaido Islamic Society (H.I.S.) (organisasi non-politis) 1992
concern ke penerapan ajaran-ajaran Islam (hokum Islam) dengan tetap menghormati hokum yang diterapkan Jepang.
J. Muslim Terbanyak di Jepang : Indonesia
Masyarakat Islam yang ada di Jepang, terbanyak adalah orang Indonesia, disusul Pakistan, Bangladesh, dan Iran. Pada tahun 1930-an, hanya ada 2 masjid. Saat ini diperkirakan sudah terdapat lebih dari 100 masjid. Dari jumlah tersebut, data yang berhasil dihimpun oleh Tokyo University Islamic Culture Society baru meliputi 7 masjid dan 2 mushalla di wilayah Tokyo.
Lima buah masjid dan 3 mushalla di daerah Saitama, Kanagawa, dan Sendai.Di wilayah Aichi dan Shizuoka tercatat 3 masjid, sedangkan di Kobe terdapat sebuah masjid besar, yaitu Masjid Kobe, dan sebuah musholla.
Masih ada sebuah mushalla lagi, yaitu di daerah Takamatsu. Selain masjid dan mushalla tersebut, tercatat 2 buah Islamic Center, masing-masing di Tokyo dan Sendai. Pusat Islam dan Asosiasi Muslim Jepang di Tokyo menjadi pusat studi Islam dan bahasa Arab bagi warga Jepang, yang banyak menarik perhatian warga muda Jepang.
Di Nagoya, masjid Nagoya diresmikan tanggal 27 Juli 1998. Terletak tak jauh dari Honjin Eki pintu 3, masjid ini mempunyai luas 61,7 m2, terdiri dari lantai 1 sebagai tempat wudhu, ruang kantor dan fasilitas kebersihan. Lantai 2 untuk tempat sholat wanita, sedangkan lantai 3 adalah ruang sholat utama bagi pria. Lantai 4 dan atap masjid sebagai ruang sholat tambahan.
Sekarang ini sudah hampir 40 masjid dan 100 organisasi Islam berada di Jepang.
K. Masjid Di Jepang
Di negara jepang saat ini terdapat ratusan buah mesjid dengan jumlah terbanyak terletak di daerah Tokyo. Bandingkan dengan sampai akhir tahun 1999 dimana mesjid hanya 3 buah saja Nagoya, Tokyo dan Kobe.. Mesjid tetua di Jepang adalah mesjid Kobe yang didirika tahun 1928 oleh pedagang dari India, sedangkan mesjid tertua di Tokyo adalah Masjid Jamii yang dibangun tahun 1938 didirikan oleh orang Turki dengan mendapat sokongan penuh pemerintahnya. (sumber : wikipedia). Mesjid terbaru sekarang adalah Mesjid Gifu, propinsi Aichi, yang terkenal dengan industri otomotifnya. "Proyek pembangunan masjid ini menelan biaya sebesar 129 juta yen atau setara 1,1 juta dolar AS" (sumber : berita antara)
Masjid Kobe
Masjid Kobe (神戸モスク Masjid Kōbe), juga dikenal sebagaiMasjid Muslim Kobe (神戸ムスリムモスク Masjid Muslim Kōbe), didirikan bulan Oktober 1935 di Kobe dan merupakan masjid pertama di Jepang Pembangunannya didanai oleh sumbangan dari Komite Islam Kobe sejak 1928 hingga pembukaannya tahun 1935 Masjid ditutup oleh Angkatan Laut Kekaisaran Jepang tahun 1943. Tetapi, masih aktif sebagai masjid hari ini. Terletak di distrikKitano-cho di Kobe. Karena memiliki ruang bawah tanah dan strukturnya, masjid ini selamat dari gempa bumi besar Hanshin.
Masjid itu dibangun dalam gaya Turki tradisional oleh arsitek CekoJan Josef Svagr (1885–1969), perancang sejumlah tempat ibadah Barat di Jepang.
Daftar Pustaka
Al Samarrai Chairman , Salih Mahdi S. 2009. Islam In Japan History, Spread, and institutions in The country. Islamic Center- Japan.
Chiku, Retno. 2008. Sejarah Islam di Jepang. (Online), (http://chikupunya.multiply.com/journal/item/61/Sejarah_Islam_di_Jepang_?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem, diakses 12 Desember 2011).
Keranjangkecil.jp. 2009. Islam di Jepang. (Online), (http://www.eonet.ne.jp/~limadaki/budaya/jepang/artikel/utama/agama_islam.html, diakses 12 Desember 2011).
Mutawalli N.K._ Park Community. 2010. Sejarah kedatangan Islam di Jepang. (Online), (http://nuzululkarima.blogspot.com/2010/10/sejarah-kedatangan-islam-di-jepang.html, diakses 12 Desember 2011).
Regifauzi. 2011. Sejarah Islam di Jepang. Majalah Al-Mu’tashim. (Online), (http://regifauzi.wordpress.com/2011/02/19/sejarah-islam-di-jepang/, diakses 12 Desember 2011).
Wanita Sholehah. 2011. Sejarah Islam di Jepang. (Online), (http://cantiksdansholehah.blogspot.com/2011/03/sejarah-islam-di-jepang.html, diakses 12 Desember 2011).
Assalamualaikum :D
BalasHapusmakasih ya udah berkunjung ke blog aku :D
sering2 mampir dan tinggalin komentar ya jika berkenan :)
http://www.darkzone7.blogspot.com/
Walaikumsalam :D
BalasHapusiya sama-sama
oke :)
Bermanfaat sekali infonya
BalasHapusJika ada teman2 yg sedang berada di Jepang kontak aku ya.saya sekarang berada di utsunomiya
BalasHapus